Senin, 04 April 2016

Pengertian,Definisi, Dan Fungsi Dari Css

    Pengertian CSS

CSS adalah singkatan dari Cascading Style Sheets. Berisi rangkaian instruksi yang menentukan bagiamana suatu text akan tertampil di halaman web. Perancangan desain text dapat dilakukan dengan mendefinisikan fonts (huruf) , colors (warna), margins (ukuran), latar belakang (background), ukuran font (font sizes) dan lain-lain. Elemen-elemen seperti colors (warna) , fonts (huruf), sizes (ukuran) dan spacing (jarak) disebut juga “styles”.  Cascading Style Sheets juga bisa berarti meletakkan styles yang berbeda pada layers (lapisan) yang berbeda. CSS terdiri dari style sheet yang memberitahukan browser bagaimana suatu dokumen akan disajikan.  Fitur-fitur baru pada halaman web lama dapat ditambahkan dengan bantuan style sheet.  Saat menggunakan CSS, Anda tidak perlu menulis font, color atau size pada setiap paragraf, atau pada setiap dokumen. Setelah Anda membuat sebuah style sheet, Anda dapat menyimpan kode tersebut sekali saja dan dapat kembali menggunakannya bila diperluka



fungsi css fungsi utama css adalah merancang, merubah, mendisain, membentuk halaman wesite(blog juga website). dan isi dari halaman website adalah tag-tag html, logikanya css itu dapat merubah tag-tag html(yang sederhana) sehingga menjadi lebih fungsional dan menarik.



cara kerja css
cara kerja css itu sangatlah mudah, kita hanya perlu menulis stylenya(selector id dan class tersesuaikan) maka secara otomatis akan bekerja pada document html.

DEFINISI CSS

Apa itu CSS ? CSS (Cascading Style Sheet) adalah salah satu bahasa desain web (style sheet language) yang mengontrol format tampilan sebuah halaman web yang ditulis dengan menggunakan penanda(markup laguage. Biasanya CSS digunakan untuk mendesain sebuah halaman HTML dan XHTML, tetapi sekarang CSS bisa diaplikasikan untuk segala dokumenXML, termasuk SVG dan XUL bahkan ANDROID. CSS dibuat untuk memisahkan konten utamadengan tampilan dokumen yang meliputi layout, warna da font. Pemisahan ini dapat meningkatkann daya akses konten pada web, menyediakan lebih banyak fleksibilitas dan kontrol dalam spesifikasi darisebuah karakteristik dari sebuah tampilan, memungkinkan untuk membagi halaman untuk sebuah formatting dan mengurangi kerumitan dalam penulisan kode dan struktur dari konten, contohnya teknik tableless pada desain web. CSS juga memungkinkan sebuah halaman untuk ditampilkan dalam berbagai style dengan menggunakan metode pembawaan yang berbeda pula, seperti on-screen, in-print, by voice, dan lain-lain. Sementaraitu, pemilik konten web bisa menentukan link yang menghubungkan konten dengan file CSS. Tujuan utama CSS diciptakan untuk membedakan konten dari dokumen dan dari tampilan dokumen, dengan itu, pembuatan ataupun pemrograman ulang web akan lebih mudah dilakukan. Hal yang termasuk dalam desain web diantaranya adalah warna, ukura dan formatting. Dengan adanya CSS, konten dan desain web akan mudah dibedakan, jadi memungkinkan untuk melakukan pengulangan pada tampilan-tampilan tertentu dalam suatu web, sehingga akan memudahkan dalam membuat halaman web yang banyak, yang pada akhirnya dapat memangkas waktu pembuatan web.

Minggu, 11 Januari 2015

Dampak Dampak Dari Diferenisasi Ras di Dunia


 OLEH : RAHMADANI SIMANJUNTAK (130709103)
 


1.    Dampak Dari Diferenisasi Ras di Afrika Selatan
·      Munculnya Politik Apartheid
Pada tahun 1910 Perang Boer kedua berakhir dan Inggris berhasil mempersatukan wilah Afrika Selatan dalam satu Uni Afrika Selatan menjadi republik denagn presidennya Hendrik Verwoed. Verwoed yang berhasil membuat kebijakan untuk memisahkan mayoritas orang kulit putih dan mayoritas kulit hitam justru malah menimbulkan diskriminasi antara keduanya. Sebelum dilaksanakan Politik Apartheid sebenarnya telah lama dilakukan hal-hal yang merupakan gejala Apartheid, antara lain :
a.        Native Land Act (Undang-undang Pertanahan Pribumi) tahun 1913 yang melarang kulit hitam membeli tanah di luar daerah yang sudah disediakan bagi mereka.
b.       Undang-undang Imoraitas tahun 1927 yang melarang terjadinya perkawinan campuran antara kulit putih dengan kulit hitam atau kulit berwarna lainnya.

Timbulnya gejala-gejala ras diskriminasi orang-orang Belanda dari kaum kristen Kalvanis yang pertama datang ke Afrika Selatan telah memandang penduduk pribumi kulit hitam dengan pandangan yang rendah. Penduduk pribumi dianggap sebagai bangsa yang biadab, primitif dan dianggap sebagai keturunan putra-putra Ham (anak kedua Nabi Nuh) yang dikutuk oleh Tuhan untuk jadi budak. Pandangan itu yang menyebabkan terjadinya perbudakan atas bangsa kulit hitam oleh penduduk kulit putih. Politik Apartheid dirancang oleh Hendrik Verwoed. Apartheid menurut bahasa resmi Afrika Selatan adalah Aparte Ontwikkeling artinya perkembangan yang terpisah.
Memperhatikan makna dari arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama berkembang. Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna kulit dan terjadinya penistaan dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit hitam
2.    Dampak Diferenisasi Ras di Amerika
·      Peningkatan Angka Kejahatan Berbasis Rasial
Dari jumlah kasus yang terkait dengan kejahatan yang berdasarkan rasial dengan perincian; 19 persen akibat diskriminasi agama, 16 persen adalah diskriminasi gender dan 12 persen lainnya terkait dengan diskriminasi etnis.
Bila menengok kondisi etnis kulit hitam di Amerika, dapat dikatakan bahwa sikap rasial terhadap mereka punya sejarah yang cukup panjang.Pada tahun lalu, kinerja petugas kepolisian dan hakim pengadilan daerah dalam kasus sekolah SMU Jana menjadi contoh parahnya kasus rasial masyarakat Amerika.
Kasus Sekolah SMU Jana berawal dari percekcokan yang terjadi antara seorang pelajar kulit putih dan kulit hitam. Pelajar kulit putih itu mengancam lawannya dengan menggantung sebuah tali di pohon yang disimpul bak tali yang dpersiapkan buat pesakitan hukuman mati. Masyarakat kulit hitam tidak dapat menerima penghinaan itu. Ironisnya, petugas polisi dan hakim pengadilan setempat bukannya menyikapi aksi rasial pelajar kulit putih, mereka malah memenjarakan pelajar kulit hitam. Tindakan petugas polisi dan hakim pengadilan tidak dapat diterima begitu saja. Organisasi-organisasi pembela hak-hak sipil geram dan buntutnya adalah unjuk rasa besar-besaran. Demonstrasi massa itu akhirnya menjadi isu nasional Amerika.

3.      Dampak Differenisasi Ras di Jerman Pada Masa Hitler
·      Munculnya Paham Anti Semit
Nazisme muncul sebagai akibat dari Perang Dunia I. Pada 11 November 1918 secara mengejutkan bagi pasukan garis depan Jerman, perang tiba-tiba berakhir. Pasukan garis depan tidak merasa dikalahkan dan mereka heran mengapa gencatan senjata terjadi begitu cepat sehingga mereka harus segera meninggalkan posisinya padahal mereka masih berada di wilayah musuh.[5] Mitos yang berkembang di antara para prajurit Jerman yang menyerah ini adalah bahwa mereka telah "ditikam dari belakang." Bahwa pasukan garis depan dan 2 juta rakyat Jerman tewas selama perang telah dikhianati oleh kelompok Marxis dan Yahudi yang telah memunculkan perbedaan pendapat di negara mereka.
Di Jerman, politik terbagi menjadi 2 kutub, Konservatif dan Sosialis; masing-masing kelompok menjadi radikal pada masa krisis. Situasi semakin bertambah buruk dengan munculnya gerakan Republik Soviet München, sebuah upaya untuk menciptakan pemerintahan bergaya Soviet yang dikobarkan oleh kelompok sayap kiri Raterepublik di Munich. Tentara pemerintah diturunkan untuk menumpas pemberontakan tersebut dan pecahlah pertempuran terbuka di jalan-jalan Munich. Lebih dari 500 orang terbunuh. Tentara didukung oleh Freikorps, prajurit bayaran sayap kanan yang dibiayai oleh pemerintah.Freikorps benar-benar menjalankan tugasnya, mereka membantai orang-orang yang mereka anggap sebagai anggota Raterepublik dan berhasil menumpas pemberontakan itu.
Pransangka anti-Semit di kelompok kanan semakin diperkuat oleh kenyataan bahwa pimpinan Raterepublik sebagian besar adalah orang Yahudi, sehingga terkuaklah fakta bahwa Bolshevisme (komunis) dan Yudaisme pada adalah dasarnya sama. Maka sikap untuk anti Yahudi kemudian berkembang luas.

4.      Dampak Diferenisasi Ras di Indonesia Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru terhadap Etnis Cina
·      Orde Lama
Pada jaman orde lama hubungan antara Indonesia dengan Cina sangat mesra, sampai-sampai tercipta hubungan politik Poros Jakarta-Peking. Pada waktu itu (PKI). Pada tahun 1946 Konsul Jendral Pem. Nasionalis Tiongkok, Chiang Chia Tung (itu waktu belum ada RRT) dengan Bung Karno datang ke Malang dan menyatakan Tiongkok sebagai salah satu 5 negara besar (one of the big five) berdiri dibelakang Republik Indonesia. Orang Tionghoa mendapat sorakan khalayak ramai sebagai kawan seperjuangan. Di stadion Solo olahragawan Tony Wen dengan isterinya (bintang film Tionghoa) menyeruhkan untuk membentuk barisan berani mati (cibaku-tai, kamikaze) melawan Belanda dan sesuai contoh batalyon Nisei generasi ke II Jepang di USA yang ikut dalam perang dunia ke II, di Malang ingin didirikan batalyon Tionghoa berdampingan dengan lain-lain kesatuan bersenjata seperti Laskar Rakyat, Pesindo, Kris (gol. Menado), Trip (pelajar) dsb. Pimpinan Tionghoa kuatir provokasi kolonial dapat menimbulkan bentrokan bersenjata dengan kesatuan Pribumi. Mereka menolak pembentukan batalyon tsb. Orang-orang Tionghoa yang ingin ikut melawan Belanda dianjurkan untuk masing-masing masuk kesatuan-kesatuan Pribumi menurut kecocokan pribadi.

·      Orde Baru
Orde lama yang memberi ruang adanya partai Komunis di Indonesia dan orde baru yang membasmi keberadaan Komunis di Indonesia. Bersamaan dengan perubahan politik itu rezim Orde Baru melarang segala sesuatu yang berbau Cina. Segala kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat-istiadat Cina tidak boleh dilakukan lagi. Hal ini dituangkan ke dalam Instruksi Presiden (Inpres) No.14 tahun 1967. Di samping itu, masyarakat keturunan Cina dicurigai masih memiliki ikatan yang kuat dengan tanah leluhurnya dan rasa nasionalisme mereka terhadap Negara Indonesia diragukan. Akibatnya, keluarlah kebijakan yang sangat diskriminatif terhadap masyarakat keturunan Cina baik dalam bidang politik maupun sosial budaya.
Misalnya semua sekolah Tionghoa dilarang di Indonesia. Sejak saat itu semua anak Tionghoa Indonesia harus menerima pendidikan seperti anak orang Indonesia yang lain secara nasional. Bahkan pada jaman orde baru tersebut ada larangan menggunakan istilah atau nama             ```````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````Tionghoa untuk toko atau perusahaan, bahasa Tionghoa sama sekali dilarang untuk diajarkan dalam bentuk formal atau informal. Dampak dari kebijakan orde baru ini selama 30 tahun masyarakat Tionghoa Indonesia tidak dapat menikmati kebudayaan  mereka sendiri. Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan sama sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan bahasa Mandarin.

5.      Dampak Diferenisasi Ras di Australia
·      Pemerintah Australia juga memperlakukan suku Aborigin dengan sangat buruk. Kebebasan orang-orang Aborigin untuk bersosialisasi sangat dibatasi dan hak-haknya tidak diakui.
·      Di Tasmania, konflik antara pemukim dari Eropa dengan suku Aborigin kian memanas, sehingga pemerintah kolonialis menyatakan pembantaian terhadap orang-orang Aborigin. Mereka dibunuh dengan membabi buta tanpa pandang bulu, baik menggunakan senjata-senjata tajam maupun dengan menularkan berbagai penyakit baru yang dibawa bangsa kolonialis dari Eropa, seperti: influenza, cacar, campak, batuk rejan dan raja singa.
·      Hingga sekitar tahun 1915, gubernur dan pemerintah federal Australia berusaha untuk mengucilkan orang-orang Aborigin yang masih tersisa dan menghilangkan kebudayaan asli Aborigin dengan embel-embel program asimilasi, yaitu dengan mengawinkan orang-orang Aborigin dengan penduduk berkulit putih. Mereka terancam untuk dibunuh jika tidak mau ikut berpartisipasi dalam program tersebut.

SEGREGATION IN EDUCATION (PEMISAHAN RAS DALAM PENDIDIKAN)

OLEH : RAHMADANI SIMANJUNTAK (130709103)


Pengertian Ras

1.      Gill dan Gilbert
Ras merupakan pengertian biologis yang menjelaskan sekumpulan orang yang dapat dibedakan menurut karakteristik fisik yang dihasilkan melalui proses reproduksi.

2.     Daljoeni
Ras Adalah:  Suatu kategori tertentu dari sesorang yang bias superior maupun inferior, yang ditandai oleh karakteristik fisik, seperti warna kulit, tekstur rambut, dan lipatan mata.
Pengelompokan manusia berdasarkan karakteristik biologis, misal: kaukasoid, mongoloid, negroid , australoid dan Indian.

Menurut Encyclopedia of Religion (Volume 12:184)
Manusia tidak sepatutnya di kelaskan mengikut ras. Manusia adalah dalam satu kelas yang sama dan setara. Tiada manusia yang lebih baik atau lebih handal dari yang lain semata-mata kerana perbezaan warna kulit, rupa bentuk dan sebagainya.Ras memang sukar untuk didefinasikan dengan jelas dan tepat kerana telah berlaku campur aduk golongan yang tulen disebabkan migrasi dan perkahwinan campur. Banyak ahli sosiologi turut bersetuju dengan pendapat sedemikian.

Menurut Academic American Encyclopedia (Volume 16:37)
ras boleh didefinasikan sebagai teori atau falsafah yang menyatakan seseorang mewarisi ciri-ciri seperti warna kulit, rupa bentuk, warna rambut, tingkat laku, kelakuan atau tahap intelektual. Pengertian sedemikian menyebabkan sesetengah manusia mengangggap kaum mereka adalah lebih unggul daripada kaum lain.
Pribumi-Indonesia adalah istilah yang mengacu pada kelompok penduduk di Indonesia yang berbagi warisan sosial budaya yang sama dan dianggap sebagai penduduk asli Indonesia.[1]
Istilah "Pribumi" sendiri muncul di era kolonial Hindia Belanda setelah diterjemahkan dari Inlander (bahasa Belanda untuk "Pribumi"), istilah ini pertama kali dicetuskan dalam undang-undang kolonial Belanda tahun 1854 oleh pemerintahan kolonial Belanda untuk menyamakan beragam kelompok penduduk asli di Nusantara kala itu, terutama untuk tujuan diskriminasi sosial. Selama masa kolonial, Belanda menanamkan sebuah rezim segregasi (pemisahan) rasial tiga tingkat; ras kelas pertama adalah "Europeanen" ("Eropa" kulit putih); ras kelas kedua adalah "Vreemde Oosterlingen" ("Timur Asing") yang meliputi orang Tionghoa, Arab, India maupun non-Eropa lain; dan ras kelas ketiga adalah "Inlander", yang kemudian diterjemahkan menjadi "Pribumi". Sistem ini sangat mirip dengan sistem politik di Afrika Selatan di bawah apartheid, yang melarang lingkungan antar-ras ("wet van wijkenstelsel") dan interaksi antar-ras yang dibatasi oleh hukum "passenstelsel". Pada akhir abad ke-19 Pribumi-Nusantara seringkali disebut dengan istilah Indonesiërs ("Orang Indonesia").
PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pendidikan adalah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia (Peserta Didik) untuk dapat membuat manusia (Peserta Didik) itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta mampu membuat manusia (Peserta Didik) lebih kritis dalam berpikir.
Pendidikan bisa diperoleh baik secarah formal dan nonformalPend. Formaldiperoleh dalam kita mengikuti progam-program yang sudah dirancang secara terstruktur oleh suatu intitusi, departemen atau kementrian suatu Negara. Pend. non formal adalah pengetahuan yang didapat manusia (Peserta didik) dalam kehidupan sehari-hari (berbagai pengalaman) baik yang dia rasakan sendiri atau yang dipelajarai dari orang lain (mengamati dan mengikuti).


Beberapa ahli pendidikan  banyak yang mengartikan pengertian pendidikan. Pengertian-pengertian yang diberikan cukup beragam ,sehingga terjadi perbedaan tergantung dari sudut dan perspektif mana tokoh itu memandangnya. Walaupun terdapat perbedaan pendapat tentang apa itu  pendidikan, namun secara umum terdapat kesamaan di dalam merumuskan pengertian pendidikan tersebut.

Secara etimologi kata pendidikan berasal dari kata "didik" yang mendapat  awalan "pe" dan akhiran "an" , maka jadilah kata pendidikan .


Dari Bahasa Yunani, pendidikan berasal dari kata ”pedagogi” yaitu  kata ”paid”  yang artinya anak dan ”agogos” yang artinya membimbing,  sehingga pedagogi dapat diartikan sebagai ”ilmu dan seni membimbing anak
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional,  pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana  belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual  keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta  ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Sedangkan menurut Wikipedia, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat.


Menurut epistimologi para ahli mengemukakan berbagai arti tentang pendidikan  Prof. Zaharai Idris, M.A. misalnya, mengatakan bahwa Pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.


Prof. Dr. M.J Langeveld mengatakan bahwa Pendidikan ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukannya.

Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
  
Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

Menurut K.H. Dewantara Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak

Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan  dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup 


Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan.
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Konsep yang lebih jelas dituangkan adalah pendidikan yang dirumuskan dalam UU RI No 2 th 1989. Bab 1, pasal 1. butir 1 :  Pendidikan ialah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan  atau latihan bagi peranan masa yang akan datang.

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.







KASUS Gerakan Hak-Hak Sipil Afrika-Amerika (1955-1968

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/35/AfricanAmericans1.png/229px-AfricanAmericans1.png
Gerakan di Amerika Serikat yang ditujukan untuk melarang diskriminasi rasial terhadap orang Afrika-Amerika dan memulihkan hak-hak suara mereka. Artikel ini mencakup fase gerakan antara tahun 1955 dan 1968, khususnya di Selatan Amerika Serikat. Munculnya Gerakan Kekuatan Hitam yang berlangsung sekitar 1966-1975, memperluas tujuan Gerakan Hak-Hak Sipil untuk memasukkan martabat ras, swasembada ekonomi dan politik, serta kebebasan dari penindasan orang Amerika berkulit putih.
Setelah pemilihan tahun 1876 yang disengketakan dan berakibat pada berakhirnya Rekonstruksi, orang kulit putih di Selatan menguasai kembali kontrol politik di wilayah tersebut, setelah melakukan intimidasi dan kekerasan dalam pemilu-pemilu. Pencabutan hak pilih orang Afrika-Amerika berlangsung secara sistematis di negara-negara Selatan dari 1890 hingga 1908 dan baru berakhir hingga disahkannya undang-undang hak-hak sipil nasional pada pertengahan 1960-an. Selama lebih dari 60 tahun, misalnya, orang kulit hitam di Selatan tidak dapat memilih siapa pun untuk mewakili kepentingan mereka di Kongres AS atau pemerintah daerah.[2]
Selama periode tersebut, Partai Demokrat yang didominasi kulit putih memperoleh kendali politik di negara-negara bagian Selatan. Partai Republik atau dikenal sebagai "partainya Lincoln" yang sebagian besar orang kulit hitam bergabung sebagai anggota, menciut menjadi tidak berarti setelah terjadinya penekanan pada pendaftaran pemilih hitam. Pada awal abad ke-20, hampir semua pejabat terpilih di Selatan berasal dari Partai Demokrat.[butuh rujukan]
Pada saat yang bersamaan dengan pencabutan hak pilih orang Afrika-Amerika, para Demokrat berkulit putih memaksakan segregasi rasial secara hukum. Kekerasan terhadap orang kulit hitam meningkat. Sistem diskriminasi ras yang disahkan negara bagian diberlakukan secara nyata, dan penindasan yang terjadi pada era pasca-Rekonstruksi Selatan nantinya dikenal sebagai sistem "Jim Crow". Sistem tersebut hampir-hampir tidak tergoyahkan hingga awal tahun 1950-an. Dengan demikian, awal abad ke-20 adalah periode yang sering disebut sebagai "titik nadir hubungan ras di Amerika". Sementara pelanggaran hak-hak sipil dan masalah-masalahnya berlangsung secara hebat di Selatan, ketegangan-ketegangan sosial juga memengaruhi orang Afrika-Amerika di daerah-daerah lain. [3]
Karakteristik periode pasca-Rekonstruksi:
  • Segregasi rasial. Secara hukum, [4] fasilitas-fasilitas umum dan layanan pemerintah seperti pendidikan dibagi dua menjadi tempat untuk "kulit putih" dan "kulit berwarna". Fasilitas untuk kulit berwarna mudah dibedakan karena kekurangan dana dan berkualitas rendah.
  • Pencabutan hak pilih. Ketika Demokrat putih kembali berkuasa, mereka mengesahkan undang-undang yang membuat pendaftaran pemilih menjadi lebih sulit bagi kulit hitam. Pemilih-pemilih kulit hitam dicoreti dari daftar pemilih. Jumlah pemilih Amerika Afrika turun drastis, dan mereka tidak lagi mampu memilih wakil rakyat. Dari tahun 1890 hingga 1908, negara-negara bagian Selatan bekas anggota Konfederasi membuat konstitusi dengan ketetapan-ketetapan yang menghilangkan hak memilih puluhan ribu orang Afrika-Amerika.
  • Eksploitasi. Peningkatan penindasan ekonomi terhadap orang kulit hitam, Latino, dan Asia, penyangkalan peluang ekonomi, dan diskriminasi kerja yang meluas.
  • Kekerasan. Kekerasan rasial massal terhadap orang kulit hitam (dan orang Latino di Barat Daya dan Asia di California) yang dilakukan oleh organisasi, polisi, maupun perorangan.
Orang Afrika-Amerika dan ras minoritas lainnya menolak perlakuan tersebut. Mereka menolaknya dengan berbagai cara dan mencari kesempatan yang lebih baik melalui tuntutan hukum, organisasi-organisasi baru, ganti rugi politik, dan pengorganisasian buruh (lihat Gerakan Hak-Hak Sipil Afrika-Amerika (1896-1954)). Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) didirikan pada tahun 1909. NAACP berjuang untuk mengakhiri diskriminasi ras melalui upaya-upaya litigasi, pendidikan, dan lobi. Puncak pencapaian NAACP adalah kemenangan hukum dalam putusan Mahkamah Agung Brown v. Board of Education (1954) yang menolak sistem terpisah sekolah kulit putih dan kulit berwarna, dan berimplikasi pada pembatalan doktrin "terpisah tapi sederajat" yang terbentuk setelah kasus Plessy v. Ferguson.
Situasi orang kulit hitam di luar negara-negara Selatan agak lebih baik (di sejumlah besar negara bagian mereka masih mempunyai hak pilih dan menyekolahkan anak-anak, meskipun masih menghadapi diskriminasi di bidang perumahan dan pekerjaan). Dari tahun 1910 sampai 1970, orang Afrika-Amerika mencari kehidupan yang lebih baik dengan bermigrasi ke Amerika Serikat bagian utara dan barat. Sebanyak hampir 7 juta orang kulit hitam meninggalkan negara-negara bagian Selatan dalam perpindahan secara besar-besaran yang dikenal sebagai Migrasi Besar.
Disemangatkan kembali oleh kemenangan kasus Brown v. Board of Education, dan frustrasi akibat kurangnya dampak praktis langsung, warga masyarakat makin menolak pendekatan legalistik dan gradualis sebagai sarana utama untuk mewujudkan desegregasi. Mereka harus berhadapan dengan "perlawanan besar-besaran" di Selatan oleh para pendukung segregasi rasial dan penindasan pemilih. Sebagai bentuk perlawanan, kalangan Afrika-Amerika mengadopsi strategi gabungan dari aksi langsung dan perlawanan tanpa kekerasan yang dikenal sebagai pembangkangan sipil, dan akhirnya melahirkan Gerakan Hak-Hak Sipil Amerika-Afrika 1955-1968.




Pada musim semi 1951, keresahan terjadi di kalangan siswa kulit hitam menyangkut sistem pendidikan negara bagian Virginia. Pada waktu itu, para siswa Sekolah Menengah Atas Moton di Prince Edward County yang menerapkan sistem sekolah segregasi, memutuskan untuk menyelesaikan masalah dengan tangan sendiri dalam memerangi dua hal: terlalu banyaknya siswa dibandingkan luas pekarangan sekolah dan kondisi-kondisi yang tidak memuaskan di sekolah mereka. Tindakan para siswa hitam di Selatan waktu itu benar-benar tidak terduga sebelumnya, dan dianggap tidak pantas oleh kulit putih yang masih mengharapkan perilaku subordinasi dari kulit hitam. Selain itu, beberapa pemimpin lokal NAACP telah mencoba membujuk para siswa untuk membatalkan niat mereka memprotes hukum Jim Crow tentang segregasi sekolah. Setelah tuntutan NAACP tidak diterima oleh siswa, NAACP langsung memihak para siswa yang menentang segregasi sekolah. Peristiwa tersebut menjadi salah satu dari lima kasus pengadilan yang kini disebut Brown v. Board of Education. [6]
Pada 17 Mei 1954, Mahkamah Agung Amerika Serikat menjatuhkan putusan mengenai kasus Brown v. Board of Education of Topeka, Kansas . Dalam kasus tersebut, penggugat menuduh bahwa pendidikan anak-anak kulit hitam di sekolah umum yang terpisah dari rekan-rekan siswa kulit putih sebagai inkonstitusional. Pendapat Mahkamah Agung menyatakan bahwa segregasi "anak kulit putih dan anak kulit berwarna di sekolah umum memiliki efek merugikan pada anak-anak berwarna. Dampaknya lebih besar bila pemisahan tersebut memiliki sanksi hukum, karena kebijakan memisahkan ras biasanya ditafsirkan sebagai pernyataan inferioritas kelompok Negro".
Para pengacara dari NAACP harus mengumpulkan beberapa bukti yang masuk akal untuk memenangi kasus Brown vs Board of Education. Cara mereka menangani masalah segregasi sekolah adalah dengan menguraikan secara panjang lebar sejumlah argumen. Salah satu dari argumen adalah kesempatan terpaparnya anak pada kontak antar-ras di lingkungan sekolah. Dikatakan bahwa hal tersebut di kemudian hari dapat membantu mencegah anak-anak tumbuh di tengah tekanan-tekanan masyarakat yang berkaitan dengan ras. Oleh karena itu tercipta kesempatan yang lebih baik untuk hidup di alam demokrasi. Argumen lainnya mengacu pada penekanan tentang bagaimana "'pendidikan' memahami seluruh proses pengembangan dan pelatihan kekuatan mental, fisik dan moral, serta kemampuan manusia"[7]. Dalam buku Goluboff, tujuan NAACP dinyatakan sebagai membuat Mahkamah Agung sadar akan adanya fakta anak-anak Afrika-Amerika yang menjadi korban legalisasi segregasi sekolah dan tidak memiliki jaminan masa depan yang cerah. yang Tidak adanya kesempatan untuk terpapar budaya lain dikhawatirkan menghalangi tumbuhnya kemampuan anak-anak kulit hitam untuk berfungsi di kemudian hari dalam kehidupan normal sebagai orang dewasa.
Mahkamah Agung memutuskan bahwa kedua putusan sebelumnya, Plessy v. Ferguson (1896) yang mendasari standar umum "terpisah tapi sederajat" yang bersifat segregasionisme, dan Cumming v. Richmond County Board of Education (1899) yang menerapkan standar tersebut ke sekolah-sekolah sebagai inkonstitusional. Tahun berikutnya, pada kasus yang dikenal sebagai Brown v. Board of Education, Mahkamah Agung memerintahkan segregasi untuk secara bertahap dihapus, "dengan tanpa terburu-buru". [8] Brown v. Board of Education of Topeka, Kansas, Kansas (1954) tidak membatalkan Plessy v. Ferguson (1896). Plessy v. Ferguson adalah dasar segregasi dalam transportasi, sedangkan Brown v. Board of Education hanya menyangkut segregasi dalam pendidikan. Meskipun demikian, Brown v. Board of Education merupakan langkah pertama menuju masa depan yang membatalkan keputusan 'terpisah tapi setara'.
Pada 18 Mei 1954 Greensboro menjadi kota pertama di Selatan yang secara terbuka mengumumkan akan dipatuhinya keputusan Mahkamah Agung AS Brown v. Board of Education yang menyatakan segregasi rasial di sekolah-sekolah umum Amerika Serikat sebagai inkonstitusional. "Benar-benar tak terpikirkan sebelumnya," komentar Penilik Dewan Sekolah Benjamin Smith, "bahwa kita akan mencoba untuk [membatalkan] hukum Amerika Serikat." Sejalan dengan sikap Smith, pemungutan suara di dewan sekolah berakhir dengan hasil mendukung putusan Mahkamah Agung, enam lawan satu. Penerimaan yang positif terhadap putusan kasus Brown, bersamaan dengan ditunjuknya warga Afrika-Amerika Dr. David Jones sebagai dewan sekolah pada tahun 1953, telah meyakinkan banyak warga kulit putih dan kulit hitam bahwa Greensboro sedang bergerak maju ke depan, dan kemungkinan akan muncul sebagai perintis integrasi sekolah. Integrasi di Greensboro berlangsung sedikit lebih damai dibandingkan negara-negara Selatan lainnya seperti Alabama, Arkansas, dan Virginia yang terjadi “perlawanan massal” . [9]

                         




Artikel Desegregasi Sembilan sekawan Little Rock, 1957




http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a0/101st_Airborne_at_Little_Rock_Central_High.jpg/275px-101st_Airborne_at_Little_Rock_Central_High.jpg
Pasukan dari Resimen 327, Lintas Udara 101 mengawal siswa Afrika-Amerika Sembilan Sekawan Little Rock menaiki tangga SMA Little Rock Central.
Little Rock, Arkansas adalah kota di Selatan yang keadaannya relatif progresif. Namun sebuah krisis meletus ketika Gubernur Arkansas Orval Faubus memanggil Garda Nasional Amerika Serikat pada tanggal 4 September untuk menghalangi masuknya Sembilan siswa Afrika-Amerika yang menuntut hak menghadiri Sekolah Menengah Atas Little Rock Central yang telah menjadi sekolah terintegrasi. [11] Kesembilan siswa telah diterima di sekolah tersebut berkat catatan prestasi akademik mereka yang sangat baik. Pada hari pertama sekolah, hanya seorang siswa wanita dari sembilan siswa yang muncul. Itu pun karena dia tidak menerima telepon yang memperingatinya tentang bahaya pergi ke sekolah. Dia dilecehkan oleh demonstran putih di luar kompleks sekolah, dan polisi harus membawanya pergi dengan mobil patroli untuk melindunginya. Selanjutnya, kesembilan siswa Afrika-Amerika tersebut harus pergi-pulang naik mobil antar-jemput dan dikawal oleh personel militer yang berkendaraan jip.
Guburnur Faubus tidak pernah memproklamirkan dirinya sebagai segregasionis. Partai Demokrat Arkansas yang waktu itu mengendalikan politik negara bagian memberikan tekanan yang signifikan terhadap Faubus. Penyebabnya, Faubus menunjukkan indikasi akan menyelidiki kemungkinan Arkansas mematuhi keputusan kasus Brown. Faubus selanjutnya mengambil sikap menentang integrasi dan perintah pengadilan federal.
Sikap Faubus mendapat perhatian dari Presiden Dwight D. Eisenhower yang bertekad menegakkan perintah pengadilan federal. Kritikus sebagai menuduh Eisenhower hanya suam-suam kuku dalam soal desegregasi sekolah umum. Eisenhower memfederalisasi Garda Nasional dan memerintahkan mereka kembali ke barak. Ia kemudian menggelar unsur-unsur dari Divisi Lintas Udara 101 ke Little Rock untuk melindungi siswa.
Kesembilan siswa memang akhirnya bisa pergi ke sekolah. Namun mereka harus melewati serombongan siswa kulit putih yang menyambut dengan meludahi mereka serta sorak-sorai cemooh. Mereka nantinya harus tabah menerima pelecehan dari sesama siswa hingga tahun ajaran berakhir. Meskipun dikawal tentara federal, para siswa ketika harus berpindah dari satu kelas ke kelas lainnya masih saja digoda dan bahkan diserang siswa kulit putih kalau mereka sedang tidak dijaga tentara. Salah seorang dari Sembilan Siswa Little Rock bernama Minnijean Brown diskors karena membalas dengan menumpahkan semangkuk chili di atas kepala seorang siswa kulit putih yang mengganggunya di antrean makan siang sekolah. Dia akhirnya dikeluarkan dari sekolah karena menyerang secara verbal seorang siswa kulit putih.[12]
Hanya seorang dari Sembilan Siswa Litle Rock, Ernest Green, yang akhirnya berkesempatan lulus. Setelah tahun ajaran 1957-1958 selesai, administrator sekolah di Little Rock memutuskan untuk menutup semua sekolah umum daripada harus melanjutkan proses integrasi untuk kemenangan orang kulit hitam. Administrator sekolah-sekolah lainnya di Selatan kemudian mengikuti keputusan Little Rock.

Artikel Aksi-aksi duduk, 1960
Gerakan Hak-Hak Sipil menerima tambahan energi baru dengan dilakukannya aksi duduk mahasiswa di kedai Woolworth di Greensboro, Carolina Utara. [13] Pada 1 Februari 1960, empat mahasiswa perguruan tinggi khusus kulit hitam North Carolina Agricultural & Technical College, bernama Ezell A. Blair, Jr. (sekarang bernama Jibreel Khazan), David Richmond, Yoseph McNeil, dan Franklin McCain duduk di konter makan siang khusus kulit putih sebagai bentuk protes kebijakan Woolworth yang menganaktirikan orang Afrika-Amerika. [14] Keempat siswa tersebut sebelumnya membelanjakan uangnya membeli barang-barang kecil di bagian lain toko tersebut dan menyimpan kuitansinya. Selanjutnya, mereka duduk di konter makan siang dan meminta dilayani. Seperti telah diduga sebelumnya, mereka tidak dilayani. Sebagai pembelaan, mereka mengeluarkan kuitansi bukti pembelian barang yang sebelumnya mereka terima. Mereka bertanya mengapa uang mereka laku diterima di gera-gerai lain toko yang sama, tapi tidak laku di konter makan siang.[15] Keempat mahasiswa itu berpakaian pantas seperti telah disarankan kepada mereka sebelumnya, dan tetap duduk dengan tenang. Mereka duduk berselang-seling, membiarkan satu kursi kosong di antara tempat duduk. Maksudnya agar simpatisan kulit putih yang berminat dapat bergabung. Aksi duduk di Greensboro segera diikuti aksi-aski duduk lainnya di Richmond, Virginia .[16] Nashville, Tennessee, dan Atlanta, Georgia..[17][18]
Sementara para mahasiswa Selatan mengadakan aksi duduk di konter-konter makan siang setempat, tokoh-tokoh berwenang setempat kadang-kadang menggunakan taktik brutal untuk mengusir mereka secara fisik dari kedai-kedai makan siang.
Strategi "aksi duduk" sebetulnya bukan hal baru. Pada tahun 1939, Samuel Wilbert Tucker, seorang pengacara Afrika-Amerika, melakukan aksi duduk di perpustakaan Alexandria, Virginia yang waktu itu menerapkan sistem segregasi. [19] Pada tahun 1960, strategi aksi duduk berhasil menarik perhatian seluruh negeri tentang adanya Gerakan Hak-Hak Sipil. [20] Kesuksesan aksi duduk di Greensboro menyulut aksi-aksi mahasiswa lain di seluruh negara bagian di Selatan. Aksi mahasiswa yang kemungkinan paling terorganisir baik, paling disiplin, dan paling segera membuahkan hasil adalah aksi di Nashville, Tennessee.[21]
Pada 9 Maret 1960, sekelompok mahasiswa dari Pusat Universitas Atlanta menerbitkan manifesto berjudul Sebuah Seruan untuk Hak Asasi Manusia (An Appeal for Human Rights) [22] dalam iklan satu halaman penuh di beberapa surat kabar, termasuk Atlanta Constitutions, Atlanta Journal, dan Atlanta Daily World. [23] Kelompok mahasiswa tersebut menamakan diri mereka Komite Banding Hak Asasi Manusia (Committee on the Appeal for Human Rights, disingkat COAHR) memprakarsai Gerakan Mahasiswa Atlanta [24] dan mulai mengorganisir aksi-aksi duduk di Atlanta[25] yang dimulai 15 Maret 1960. [18]
Pada akhir 1960, aksi-aksi duduk telah menyebar ke setiap negara bagian di Selatan dan negara-negara bagian lain yang berbatasan, bahkan hingga ke Nevada, Illinois, dan Ohio.
Para demonstran tidak hanya memusatkan aksi-aksi mereka di konter makan siang, melainkan juga di taman umum, pantai, perpustakaan, teater, museum, dan fasilitas publik lainnya. Setelah ditangkap, mahasiswa demonstran memohon agar mereka "dipenjara tanpa pembebasan dengan uang jaminan". Maksud mereka untuk menarik perhatian masyarakat terhadap masalah yang sedang mereka hadapi, sekaligus membebani akibat protes mereka pada masyarakat. Setelah mahasiswa kulit hitam berbondong-bondong dipenjara, pihak yang memenjarakan harus menanggung beban keuangan, terutama soal ketersediaan ruang penjara dan biaya makanan.
Pada April 1960, para aktivis yang memimpin aksi duduk mengadakan konferensi di Universitas Shaw, Raleigh, Carolina Utara. Konferensi sepakat untuk membentuk Komite Koordinasi Mahasiswa Antikekerasan (Student Nonviolent Coordinating Committee, disingkat SNCC). [26] SNCC meneruskan aksi-aksi konfrontasi tanpa kekerasan lebih jauh lagi hingga melakukan aksi Freedom Rides. [27]





Integrasi universitas-universitas di Mississippi, 1956-1965
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/29/James_Meredith_OleMiss.jpg/275px-James_Meredith_OleMiss.jpg
James Meredith berjalan ke kelas didampingi oleh petugas Dinas Marsekal Amerika Serikat
Dengan maksud memanfaatkan kesempatan yang disediakan GI Bill, seorang veteran Perang Korea berkulit hitam bernama Clyde Kennard pada tahun 1956 mencoba mendaftar di Mississippi Southern College (sekarang Universitas Mississippi Selatan) di Hattiesburg. Rektor universitas, Dr. William David McCain berusaha mencegah masuknya Kennard dengan meminta pertimbangan para pemimpin kulit hitam setempat dan institusi politik negara bagian yang mendukung segregasi. McCain menggunakan pengaruh sebuah badan negara bagian bernama Komisi Kedaulatan Negara Bagian Mississippi yang dirinya tercatat sebagai anggota. Komisi tersebut didanai oleh negara bagian, dan bertujuan melawan gerakan hak-hak sipil dengan cara menggambarkan kebijakan segregasi secara positif. Komisi bahkan bertindak lebih jauh lagi dengan mengumpulkan data-data para aktivis, melecehkan mereka secara hukum, dan menggunakan boikot ekonomi terhadap mereka dengan cara mengancam kelangsungan pekerjaan (atau menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan). Semuanya dilakukan dalam usaha menekan aktivis kulit hitam.
Kennard dua kali ditangkap berdasarkan tuduhan-tuduhan palsu, dan akhirnya dinyatakan bersalah dan dihukum tujuh tahun di penjara negara bagian. [33] Setelah menjalani tiga tahun kerja paksa, Kennard akhirnya dibebaskan oleh Gubernur Mississippi Ross Barnett. Para wartawan menyelidiki kasus Kennard dan mempublikasikan perlakuan tidak layak dari negara bagian sehubungan kanker usus besar yang dideritanya. [33]
Peran McCain dalam penangkapan hingga dihukumnya Kennard tidak diketahui.[34][35][36][37] Ketika berusaha mencegah pendaftaran Kennard, McCain berpidato di Chicago dalam perjalanan dinas yang disponsori oleh Komisi Kedaulatan Negara Bagian Mississippi. Ia menggambarkan orang kulit hitam yang berusaha mewujudkan desegregasi sekolah di Selatan sebagai orang "impor" dari Utara. (Kennard adalah kelahiran dan penduduk asli Hattiesburg.)
"Kami bersikeras bahwa secara sosial dan kependidikan, kita menjaga masyarakat terpisah. ... Setelah menimbang dengan saksama, saya mengakui bahwa kita tidak ingin menggalakkan pemilih Negro. Para Negro lebih suka kalau kendali pemerintahan tetap berada di tangan orang kulit putih." [34] [36] [37]
Catatan: Mississippi telah meloloskan sebuah konstitusi baru pada tahun 1890 yang secara efektif mencabut hak pilih sebagian besar orang kulit hitam dengan mengubah persyaratan elektoral dan persyaratan pendaftaran pemilih. Meskipun mencabut hak-hak konstitusional kulit hitam yang sebelumnya sudah dijamin oleh amandemen-amandemen pasca-Perang Saudara, konstitusi baru Mississippi ternyata dapat bertahan dari gugatan Mahkamah Agung AS. Baru setelah disahkannya Undang-Undang Hak Pilih 1965, sebagian besar orang kulit hitam di Mississippi dan negara-negara bagian di selatan lainnya memperoleh perlindungan federal dalam melaksanakan hak pilih mereka.
Pada September 1962, James Meredith memenangi gugatan yang memastikan dirinya diterima di Universitas Mississippi yang sebelumnya adalah universitas tersegregasi. Ia mencoba masuk kampus dalam 3 kali kesempatan, 20 September, 25 September, dan sekali lagi pada 26 September. Dia diblokir oleh Gubernur Mississippi Ross Barnett, yang berkata, "Tidak akan ada sekolah di Mississippi yang diintegrasikan sementara saya masih Gubernur Anda." Pengadilan Banding Sirkuit Kelima Amerika Serikat menyatakan Barnett dan Letnan Gubernur Paul B. Johnson, Jr. melecehkan peradilan dan didenda lebih dari AS$10.000 untuk setiap hari Meredith ditolak masuk kampus.
Jaksa Agung Robert Kennedy mengirim perwira-perwira Marsekal Amerika Serikat. Pada 30 September 1962, Meredith memasuki kampus di bawah pengawalan mereka. Mahasiswa kulit putih dan pendukung mereka membuat kerusuhan pada malam itu, melempari batu lalu menembaki Marsekal yang menjaga Meredith di Aula Lyceum. Dua orang, termasuk seorang wartawan Perancis tewas; 28 orang Marsekal menderita luka tembak, dan 160 orang lainnya terluka. Setelah Patroli Jalan Raya Mississippi ditarik mundur dari kampus, Presiden John F. Kennedy mengirim pasukan reguler Angkatan Darat Amerika Serikat ke kampus untuk meredakan kerusuhan. Meredith mulai kuliah sehari setelah pasukan tiba. [38]
Kennard dan para aktivis lainnya terus mengusahakan terwujudnya desegregasi universitas umum. Pada tahun 1965, Raylawni Branch dan Gwendolyn Elaine Armstrong berhasil menjadi orang Afrika-Amerika pertama yang kuliah di Universitas Mississippi Selatan. Pada saat itu, McCain membantu memastikan mereka dapat memasuki kampus secara damai. [39] Pada tahun 2006, Hakim Robert Helfrich memutuskan Kennard bersih dari segala tuduhan yang membuatnya dihukum pada tahun 1950-an.
Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas




Mandela : Kisah Perjuangan Melawan Apartheid
Kisah hidupnya adalah perjuangan panjang melawan sistem apartheid. Ia dipenjara puluhan tahun di Robben Island. Mandela, aktivis gerakan demonstrasi, meruntuhkan apartheid dan presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan
Nelson Mandela
Nelson Mandela, saat masih menjadi pengacara muda dan ketua ANC
10 Mei 1994, momentum besar bagi Afrika Selatan, mungkin yang terbesar dalam sejarahnya.
„Tidak ada seorang pun di negara ini yang kembali akan sebuah kelompok di bawah kelompok lainnya. Semoga Tuhan melindungi Afrika.“
Saat itu Nelson Mandela menjadi presiden berkulit hitam pertama di Afrika Selatan. Dengan undang-undang baru yang modern dan berakhirnya apartheid.
Lahirnya apartheid
Tahun 1930 di Jerman Hendrik Verwoerd, seorang pria kulit putih mengenal paham nasionalsosialisme dan terpengaruh kuat ideologi rasisme yang dilancarkan NAZI. Ia kemudian melahirkan gagasan apartheid dalam kolonialisme.
Orang-orang berkulit putih seperti Verwoerd memandang dirinya sebagai anggota kaum elit di benua hitam tersebut. Verwoerd dan partai nasionalisnya mendefinisikan apartheid sebagai perkembangan terpisah, antara kelompok yang diistimewakan dan yang dianggap lebih rendah.
Sebagai menteri untuk urusan masalah penduduk asli, Verwoerd yang kemudian menjadi Perdana Menteri ke-7 Afrika Selatan menempatkan mayoritas warga berkulit hitam di negara itu ke kawasan khusus yang disebut Bantustan atau homelands. Kawasan-kawasan pemukiman ini disediakan hanya untuk kaum kulit hitam.
Pemisahan ras itu menentukan tata kehidupan secara umum. Di tempat-tempat umum ditetapkan peraturan ketat pemisahan antara kaum kulit putih dan tidak berkulit putih. Pernikahan campuran dilarang. Dengan Group Areas Act tahun 1950 dilakukan pemisahan kawasan tempat tinggal. Pendidikan dan lapangan kerja juga diatur berdasarkan ras. Di luar homelands kaum berkulit hitam harus selalu membawa paspor.
Aksi anti apartheid
Akibat penekanan dan rasialisme, muncul gerakan protes yang diorganisir Kongres Nasional Afrika ANC, yang kemudian menjadi gerakan massal. Demonstrasi, boykot, mogok kerja dan pembakaran massal paspor-paspor.
Salah satu aktivis utamanya adalah pengacara muda Nelson Mandela, yang kemudian menjadi ketua ANC. Tahun 1960 di selatan Johannesburg 20 ribu warga kulit hitam tanpa paspor menyerbu pos polisi, membiarkan dirinya ditangkap pihak berwenang. Demonstrasi itu berakhir dengan pembunuhan massal.
ANC kemudian dilarang. Nelson Mandela melakukan perlawanan bersenjata dalam gerakan bawah tanah, dengan menyerang pusat-pusat industri. Tahun 1964 jajaran pimpinan gerakan bawah itu ditangkap. Nelson Mandela dan Walter Sisulu dkenai tahanan seumur hidup. Di pengadilan Mandela menekankan ia bersedia mati untuk visinya.

Diisolasi internasional
Dengan penerapan sistem apartheid Afrika Selatan semakin diisolasi masyarakat internasional. Sanksi perdagangan dan politik keuangan pada akhir 1980-an menyulitkan pemerintah nasionalis. Tekanan dari protes di jalanan, larangan mengikuti kejuaraan dunia serta pertandingan olimpiade menyebabkan pemerintah dari Frederik Willem De Klerk akhirnya melakukan perundingan dengan Kongres Nasional Afrika, ANC dengan syarat berakhirnya kekerasan tersebut.
Dalam pidato di parlemen tahun 1990 Presiden De Klerk mengumumkan reformasi serta berakhirnya pengasingan para aktivis. Nelson Mandela dibebaskan 11 Februari 1990 dalam usia 74 tahun, setelah ditahan 27 tahun. Ia berhasil melalui masa penahanan tersebut karena tidak ragu akan misinya.
Ia lalu menerima Nobel Perdamaian bersama dengan De Klerk. Tahun 1994 berlangsung pemilu yang bebas dan adil untuk pertama kalinya di Afrika Selatan. Mandela terpilih sebagai presiden kulit hitam pertama. Pemerintahnya mengakhiri sistem apartheid dan merintis rekonsiliasi nasional.