Senin, 04 April 2016
DEFINISI CSS
Apa itu CSS ?
CSS (Cascading Style Sheet) adalah salah satu bahasa desain web (style sheet language) yang mengontrol format tampilan sebuah halaman web yang ditulis dengan menggunakan penanda(markup laguage. Biasanya CSS digunakan untuk mendesain sebuah halaman HTML dan XHTML, tetapi sekarang CSS bisa diaplikasikan untuk segala dokumenXML, termasuk SVG dan XUL bahkan ANDROID.
CSS dibuat untuk memisahkan konten utamadengan tampilan dokumen yang meliputi layout, warna da font. Pemisahan ini dapat meningkatkann daya akses konten pada web, menyediakan lebih banyak fleksibilitas dan kontrol dalam spesifikasi darisebuah karakteristik dari sebuah tampilan, memungkinkan untuk membagi halaman untuk sebuah formatting dan mengurangi kerumitan dalam penulisan kode dan struktur dari konten, contohnya teknik tableless pada desain web.
CSS juga memungkinkan sebuah halaman untuk ditampilkan dalam berbagai style dengan menggunakan metode pembawaan yang berbeda pula, seperti on-screen, in-print, by voice, dan lain-lain. Sementaraitu, pemilik konten web bisa menentukan link yang menghubungkan konten dengan file CSS.
Tujuan utama CSS diciptakan untuk membedakan konten dari dokumen dan dari tampilan dokumen, dengan itu, pembuatan ataupun pemrograman ulang web akan lebih mudah dilakukan. Hal yang termasuk dalam desain web diantaranya adalah warna, ukura dan formatting. Dengan adanya CSS, konten dan desain web akan mudah dibedakan, jadi memungkinkan untuk melakukan pengulangan pada tampilan-tampilan tertentu dalam suatu web, sehingga akan memudahkan dalam membuat halaman web yang banyak, yang pada akhirnya dapat memangkas waktu pembuatan web.
Minggu, 11 Januari 2015
Dampak Dampak Dari Diferenisasi Ras di Dunia
OLEH : RAHMADANI SIMANJUNTAK (130709103)
1. Dampak Dari
Diferenisasi Ras di Afrika Selatan
·
Munculnya Politik Apartheid
Pada tahun 1910 Perang Boer kedua
berakhir dan Inggris berhasil mempersatukan wilah Afrika Selatan dalam satu Uni
Afrika Selatan menjadi republik denagn presidennya Hendrik Verwoed. Verwoed
yang berhasil membuat kebijakan untuk memisahkan mayoritas orang kulit putih
dan mayoritas kulit hitam justru malah menimbulkan diskriminasi antara
keduanya. Sebelum dilaksanakan Politik Apartheid sebenarnya telah lama
dilakukan hal-hal yang merupakan gejala Apartheid, antara lain :
a.
Native Land Act (Undang-undang Pertanahan Pribumi) tahun 1913 yang
melarang kulit hitam membeli tanah di luar daerah yang sudah disediakan bagi
mereka.
b.
Undang-undang Imoraitas tahun 1927 yang melarang terjadinya perkawinan
campuran antara kulit putih dengan kulit hitam atau kulit berwarna lainnya.
Timbulnya
gejala-gejala ras diskriminasi orang-orang Belanda dari kaum kristen Kalvanis
yang pertama datang ke Afrika Selatan telah memandang penduduk pribumi kulit
hitam dengan pandangan yang rendah. Penduduk pribumi dianggap sebagai bangsa
yang biadab, primitif dan dianggap sebagai keturunan putra-putra Ham (anak
kedua Nabi Nuh) yang dikutuk oleh Tuhan untuk jadi budak. Pandangan itu yang
menyebabkan terjadinya perbudakan atas bangsa kulit hitam oleh penduduk kulit
putih. Politik Apartheid dirancang oleh Hendrik Verwoed. Apartheid menurut
bahasa resmi Afrika Selatan adalah Aparte Ontwikkeling artinya perkembangan
yang terpisah.
Memperhatikan makna
dari arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik
golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama berkembang.
Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam masyarakat yang
pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna kulit dan terjadinya penistaan
dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit hitam
2.
Dampak Diferenisasi Ras di Amerika
·
Peningkatan Angka Kejahatan Berbasis Rasial
Dari
jumlah kasus yang terkait dengan kejahatan yang berdasarkan rasial dengan
perincian; 19 persen akibat diskriminasi agama, 16 persen adalah diskriminasi
gender dan 12 persen lainnya terkait dengan diskriminasi etnis.
Bila menengok kondisi
etnis kulit hitam di Amerika, dapat dikatakan bahwa sikap rasial terhadap
mereka punya sejarah yang cukup panjang.Pada tahun
lalu, kinerja petugas kepolisian dan hakim pengadilan daerah dalam kasus
sekolah SMU Jana menjadi contoh parahnya kasus rasial masyarakat Amerika.
Kasus Sekolah SMU Jana berawal dari
percekcokan yang terjadi antara seorang pelajar kulit putih dan kulit hitam.
Pelajar kulit putih itu mengancam lawannya dengan menggantung sebuah tali di
pohon yang disimpul bak tali yang dpersiapkan buat pesakitan hukuman mati.
Masyarakat kulit hitam tidak dapat menerima penghinaan itu. Ironisnya, petugas
polisi dan hakim pengadilan setempat bukannya menyikapi aksi rasial pelajar
kulit putih, mereka malah memenjarakan pelajar kulit hitam. Tindakan petugas
polisi dan hakim pengadilan tidak dapat diterima begitu saja.
Organisasi-organisasi pembela hak-hak sipil geram dan buntutnya adalah unjuk
rasa besar-besaran. Demonstrasi massa itu akhirnya menjadi isu nasional
Amerika.
3.
Dampak Differenisasi Ras di Jerman Pada Masa Hitler
·
Munculnya Paham Anti Semit
Nazisme muncul sebagai akibat dari Perang Dunia I. Pada 11 November 1918 secara mengejutkan bagi pasukan garis depan Jerman, perang tiba-tiba berakhir. Pasukan garis depan tidak merasa
dikalahkan dan mereka heran mengapa gencatan senjata terjadi begitu cepat
sehingga mereka harus segera meninggalkan posisinya padahal mereka masih berada
di wilayah musuh.[5] Mitos yang berkembang di antara para prajurit Jerman yang menyerah
ini adalah bahwa mereka telah "ditikam dari belakang." Bahwa pasukan
garis depan dan 2 juta rakyat Jerman tewas selama perang telah dikhianati oleh
kelompok Marxis dan Yahudi yang telah memunculkan perbedaan pendapat di negara mereka.
Di Jerman, politik terbagi menjadi 2
kutub, Konservatif dan Sosialis; masing-masing kelompok menjadi radikal pada masa krisis. Situasi semakin bertambah buruk dengan
munculnya gerakan Republik Soviet München, sebuah
upaya untuk menciptakan pemerintahan bergaya Soviet yang dikobarkan oleh
kelompok sayap kiri Raterepublik di Munich. Tentara pemerintah diturunkan untuk
menumpas pemberontakan tersebut dan pecahlah pertempuran terbuka di jalan-jalan
Munich. Lebih dari 500 orang terbunuh. Tentara didukung oleh Freikorps,
prajurit bayaran sayap kanan yang dibiayai oleh pemerintah.Freikorps
benar-benar menjalankan tugasnya, mereka membantai orang-orang yang mereka
anggap sebagai anggota Raterepublik dan berhasil menumpas pemberontakan itu.
Pransangka anti-Semit di kelompok kanan
semakin diperkuat oleh kenyataan bahwa pimpinan Raterepublik sebagian besar
adalah orang Yahudi, sehingga terkuaklah
fakta bahwa Bolshevisme (komunis) dan Yudaisme pada adalah dasarnya
sama. Maka sikap untuk anti Yahudi kemudian berkembang luas.
4.
Dampak Diferenisasi Ras di Indonesia Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru terhadap
Etnis Cina
·
Orde Lama
Pada
jaman orde lama hubungan antara Indonesia dengan Cina sangat mesra,
sampai-sampai tercipta hubungan politik Poros Jakarta-Peking. Pada waktu itu
(PKI). Pada tahun 1946 Konsul Jendral Pem. Nasionalis Tiongkok, Chiang Chia
Tung (itu waktu belum ada RRT) dengan Bung Karno datang ke Malang dan
menyatakan Tiongkok sebagai salah satu 5 negara besar (one of the big five)
berdiri dibelakang Republik Indonesia. Orang Tionghoa mendapat sorakan khalayak
ramai sebagai kawan seperjuangan. Di stadion Solo olahragawan Tony Wen dengan
isterinya (bintang film Tionghoa) menyeruhkan untuk membentuk barisan berani mati
(cibaku-tai, kamikaze) melawan Belanda dan sesuai contoh batalyon Nisei
generasi ke II Jepang di USA yang ikut dalam perang dunia ke II, di Malang
ingin didirikan batalyon Tionghoa berdampingan dengan lain-lain kesatuan
bersenjata seperti Laskar Rakyat, Pesindo, Kris (gol. Menado), Trip (pelajar)
dsb. Pimpinan Tionghoa kuatir provokasi kolonial dapat menimbulkan bentrokan
bersenjata dengan kesatuan Pribumi. Mereka menolak pembentukan batalyon tsb.
Orang-orang Tionghoa yang ingin ikut melawan Belanda dianjurkan untuk
masing-masing masuk kesatuan-kesatuan Pribumi menurut kecocokan pribadi.
·
Orde Baru
Orde lama
yang memberi ruang adanya partai Komunis di Indonesia dan orde baru yang
membasmi keberadaan Komunis di Indonesia. Bersamaan dengan perubahan politik
itu rezim Orde Baru melarang segala sesuatu yang berbau Cina. Segala kegiatan
keagamaan, kepercayaan, dan adat-istiadat Cina tidak boleh dilakukan lagi. Hal
ini dituangkan ke dalam Instruksi Presiden (Inpres) No.14 tahun 1967. Di
samping itu, masyarakat keturunan Cina dicurigai masih memiliki ikatan yang
kuat dengan tanah leluhurnya dan rasa nasionalisme mereka terhadap Negara
Indonesia diragukan. Akibatnya, keluarlah kebijakan yang sangat diskriminatif
terhadap masyarakat keturunan Cina baik dalam bidang politik maupun sosial
budaya.
Misalnya
semua sekolah Tionghoa dilarang di Indonesia. Sejak saat itu semua anak
Tionghoa Indonesia harus menerima pendidikan seperti anak orang Indonesia yang
lain secara nasional. Bahkan pada jaman orde baru tersebut ada larangan
menggunakan istilah atau nama ```````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````Tionghoa
untuk toko atau perusahaan, bahasa Tionghoa sama sekali dilarang untuk
diajarkan dalam bentuk formal atau informal. Dampak dari kebijakan orde baru
ini selama 30 tahun masyarakat Tionghoa Indonesia tidak dapat menikmati
kebudayaan mereka sendiri. Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan
hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini
diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari komunitas
pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan sama sekali akan berdampak
pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan bahasa
Mandarin.
5.
Dampak Diferenisasi Ras di Australia
·
Pemerintah Australia juga memperlakukan suku Aborigin dengan sangat buruk.
Kebebasan orang-orang Aborigin untuk bersosialisasi sangat dibatasi dan
hak-haknya tidak diakui.
· Di
Tasmania, konflik antara pemukim dari Eropa dengan suku Aborigin kian memanas,
sehingga pemerintah kolonialis menyatakan pembantaian terhadap orang-orang
Aborigin. Mereka dibunuh dengan membabi buta tanpa pandang bulu, baik
menggunakan senjata-senjata tajam maupun dengan menularkan berbagai penyakit
baru yang dibawa bangsa kolonialis dari Eropa, seperti: influenza, cacar,
campak, batuk rejan dan raja singa.
·
Hingga sekitar tahun 1915, gubernur dan pemerintah federal Australia berusaha
untuk mengucilkan orang-orang Aborigin yang masih tersisa dan menghilangkan
kebudayaan asli Aborigin dengan embel-embel program asimilasi, yaitu dengan
mengawinkan orang-orang Aborigin dengan penduduk berkulit putih. Mereka
terancam untuk dibunuh jika tidak mau ikut berpartisipasi dalam program
tersebut.
SEGREGATION IN EDUCATION (PEMISAHAN RAS DALAM PENDIDIKAN)
OLEH : RAHMADANI SIMANJUNTAK (130709103)
Menurut epistimologi para ahli mengemukakan berbagai arti tentang pendidikan Prof. Zaharai Idris, M.A. misalnya, mengatakan bahwa Pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.
Prof. Dr. M.J Langeveld mengatakan bahwa Pendidikan ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukannya.
Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
Menurut K.H. Dewantara Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak
Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup
Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan.
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Konsep yang lebih jelas dituangkan adalah pendidikan yang dirumuskan dalam UU RI No 2 th 1989. Bab 1, pasal 1. butir 1 : Pendidikan ialah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranan masa yang akan datang.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.
Pengertian Ras
1. Gill dan Gilbert
Ras merupakan pengertian biologis
yang menjelaskan sekumpulan orang yang dapat dibedakan menurut karakteristik
fisik yang dihasilkan melalui proses reproduksi.
2. Daljoeni
Ras Adalah: Suatu kategori tertentu dari
sesorang yang bias superior maupun inferior, yang ditandai oleh karakteristik
fisik, seperti warna kulit, tekstur rambut, dan lipatan mata.
Pengelompokan manusia berdasarkan
karakteristik biologis, misal: kaukasoid, mongoloid, negroid , australoid dan
Indian.
Menurut Encyclopedia of Religion
(Volume 12:184)
Manusia tidak sepatutnya di kelaskan mengikut ras. Manusia
adalah dalam satu kelas yang sama dan setara. Tiada manusia yang lebih baik
atau lebih handal dari yang lain semata-mata kerana perbezaan warna kulit, rupa
bentuk dan sebagainya.Ras memang sukar untuk didefinasikan dengan jelas dan
tepat kerana telah berlaku campur aduk golongan yang tulen disebabkan migrasi
dan perkahwinan campur.
Banyak ahli sosiologi turut bersetuju dengan pendapat sedemikian.
Menurut Academic American
Encyclopedia (Volume 16:37)
ras boleh didefinasikan sebagai
teori atau falsafah yang menyatakan seseorang mewarisi ciri-ciri seperti warna
kulit, rupa bentuk, warna rambut, tingkat laku, kelakuan atau tahap
intelektual. Pengertian sedemikian menyebabkan sesetengah manusia mengangggap
kaum mereka adalah lebih unggul daripada kaum lain.
Pribumi-Indonesia adalah istilah
yang mengacu pada kelompok penduduk di Indonesia yang berbagi warisan sosial budaya
yang sama dan dianggap sebagai penduduk asli Indonesia.[1]
Istilah "Pribumi" sendiri
muncul di era kolonial Hindia Belanda setelah
diterjemahkan dari Inlander (bahasa Belanda untuk "Pribumi"), istilah ini pertama kali dicetuskan dalam
undang-undang kolonial Belanda tahun 1854 oleh pemerintahan kolonial Belanda untuk menyamakan beragam kelompok penduduk asli di Nusantara kala itu,
terutama untuk tujuan diskriminasi sosial. Selama masa kolonial, Belanda menanamkan sebuah
rezim segregasi (pemisahan) rasial tiga tingkat; ras kelas pertama adalah
"Europeanen" ("Eropa" kulit putih); ras kelas kedua adalah "Vreemde Oosterlingen"
("Timur Asing") yang meliputi orang Tionghoa, Arab, India maupun
non-Eropa lain; dan ras kelas ketiga adalah "Inlander", yang
kemudian diterjemahkan menjadi "Pribumi". Sistem
ini sangat mirip dengan sistem politik di Afrika Selatan di bawah apartheid, yang melarang lingkungan antar-ras ("wet van
wijkenstelsel") dan interaksi antar-ras yang dibatasi oleh hukum
"passenstelsel". Pada akhir abad ke-19 Pribumi-Nusantara seringkali disebut dengan istilah Indonesiërs
("Orang Indonesia").
PENGERTIAN
PENDIDIKAN
Pendidikan adalah proses
pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia (Peserta Didik) untuk dapat
membuat manusia (Peserta Didik) itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta
mampu membuat manusia (Peserta Didik) lebih kritis dalam berpikir.
Pendidikan bisa diperoleh baik
secarah formal dan nonformal. Pend. Formaldiperoleh
dalam kita mengikuti progam-program yang sudah dirancang secara terstruktur
oleh suatu intitusi, departemen atau kementrian suatu Negara. Pend. non
formal adalah pengetahuan yang didapat manusia (Peserta didik) dalam
kehidupan sehari-hari (berbagai pengalaman) baik yang dia rasakan sendiri atau
yang dipelajarai dari orang lain (mengamati dan mengikuti).
Beberapa ahli pendidikan
banyak yang mengartikan pengertian pendidikan. Pengertian-pengertian yang
diberikan cukup beragam ,sehingga terjadi perbedaan tergantung dari sudut dan
perspektif mana tokoh itu memandangnya. Walaupun terdapat perbedaan pendapat
tentang apa itu pendidikan, namun secara umum terdapat kesamaan di dalam
merumuskan pengertian pendidikan tersebut.
Secara etimologi kata pendidikan berasal dari kata "didik" yang mendapat awalan "pe" dan akhiran "an" , maka jadilah kata pendidikan .
Dari Bahasa Yunani, pendidikan berasal dari kata ”pedagogi” yaitu kata ”paid” yang artinya anak dan ”agogos” yang artinya membimbing, sehingga pedagogi dapat diartikan sebagai ”ilmu dan seni membimbing anak
Secara etimologi kata pendidikan berasal dari kata "didik" yang mendapat awalan "pe" dan akhiran "an" , maka jadilah kata pendidikan .
Dari Bahasa Yunani, pendidikan berasal dari kata ”pedagogi” yaitu kata ”paid” yang artinya anak dan ”agogos” yang artinya membimbing, sehingga pedagogi dapat diartikan sebagai ”ilmu dan seni membimbing anak
Menurut UU No. 20 Tahun 2003,
tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Sedangkan menurut Wikipedia,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan untuk
dirinya dan masyarakat.
Menurut epistimologi para ahli mengemukakan berbagai arti tentang pendidikan Prof. Zaharai Idris, M.A. misalnya, mengatakan bahwa Pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.
Prof. Dr. M.J Langeveld mengatakan bahwa Pendidikan ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukannya.
Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
Menurut K.H. Dewantara Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak
Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup
Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan.
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Konsep yang lebih jelas dituangkan adalah pendidikan yang dirumuskan dalam UU RI No 2 th 1989. Bab 1, pasal 1. butir 1 : Pendidikan ialah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranan masa yang akan datang.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.
KASUS Gerakan Hak-Hak Sipil
Afrika-Amerika (1955-1968
Gerakan di Amerika Serikat yang ditujukan untuk melarang diskriminasi rasial terhadap orang
Afrika-Amerika dan memulihkan hak-hak suara mereka. Artikel ini mencakup fase gerakan antara tahun
1955 dan 1968, khususnya di Selatan Amerika Serikat. Munculnya Gerakan Kekuatan Hitam yang
berlangsung sekitar 1966-1975, memperluas tujuan Gerakan Hak-Hak Sipil untuk
memasukkan martabat ras, swasembada ekonomi dan politik, serta
kebebasan dari penindasan orang Amerika berkulit putih.
Setelah pemilihan tahun 1876 yang disengketakan dan berakibat pada berakhirnya Rekonstruksi, orang kulit putih di Selatan menguasai kembali kontrol politik di wilayah tersebut, setelah melakukan intimidasi dan kekerasan dalam pemilu-pemilu. Pencabutan hak pilih orang Afrika-Amerika berlangsung secara sistematis di negara-negara Selatan dari 1890 hingga 1908 dan baru berakhir hingga disahkannya undang-undang hak-hak sipil nasional pada pertengahan 1960-an. Selama lebih dari 60 tahun, misalnya, orang kulit hitam di Selatan tidak dapat memilih siapa pun untuk mewakili kepentingan mereka di Kongres AS atau pemerintah daerah.[2]
Setelah pemilihan tahun 1876 yang disengketakan dan berakibat pada berakhirnya Rekonstruksi, orang kulit putih di Selatan menguasai kembali kontrol politik di wilayah tersebut, setelah melakukan intimidasi dan kekerasan dalam pemilu-pemilu. Pencabutan hak pilih orang Afrika-Amerika berlangsung secara sistematis di negara-negara Selatan dari 1890 hingga 1908 dan baru berakhir hingga disahkannya undang-undang hak-hak sipil nasional pada pertengahan 1960-an. Selama lebih dari 60 tahun, misalnya, orang kulit hitam di Selatan tidak dapat memilih siapa pun untuk mewakili kepentingan mereka di Kongres AS atau pemerintah daerah.[2]
Selama periode
tersebut, Partai Demokrat yang didominasi kulit putih memperoleh
kendali politik di negara-negara bagian Selatan. Partai Republik atau dikenal sebagai "partainya
Lincoln" yang sebagian besar orang kulit hitam bergabung sebagai anggota,
menciut menjadi tidak berarti setelah terjadinya penekanan pada pendaftaran
pemilih hitam. Pada awal abad ke-20, hampir semua pejabat terpilih di Selatan
berasal dari Partai Demokrat.[butuh
rujukan]
Pada saat yang
bersamaan dengan pencabutan hak pilih orang Afrika-Amerika, para Demokrat
berkulit putih memaksakan segregasi rasial secara hukum. Kekerasan terhadap
orang kulit hitam meningkat. Sistem diskriminasi ras yang disahkan negara
bagian diberlakukan secara nyata, dan penindasan yang terjadi pada era
pasca-Rekonstruksi Selatan nantinya dikenal sebagai sistem "Jim Crow". Sistem
tersebut hampir-hampir tidak tergoyahkan hingga awal tahun 1950-an. Dengan
demikian, awal abad ke-20 adalah periode yang sering disebut sebagai "titik nadir hubungan ras di Amerika". Sementara pelanggaran hak-hak
sipil dan masalah-masalahnya berlangsung secara hebat di Selatan,
ketegangan-ketegangan sosial juga memengaruhi orang Afrika-Amerika di
daerah-daerah lain. [3]
Karakteristik
periode pasca-Rekonstruksi:
- Segregasi rasial. Secara hukum, [4] fasilitas-fasilitas umum dan layanan pemerintah seperti pendidikan dibagi dua menjadi tempat untuk "kulit putih" dan "kulit berwarna". Fasilitas untuk kulit berwarna mudah dibedakan karena kekurangan dana dan berkualitas rendah.
- Pencabutan hak pilih. Ketika Demokrat putih kembali berkuasa, mereka mengesahkan undang-undang yang membuat pendaftaran pemilih menjadi lebih sulit bagi kulit hitam. Pemilih-pemilih kulit hitam dicoreti dari daftar pemilih. Jumlah pemilih Amerika Afrika turun drastis, dan mereka tidak lagi mampu memilih wakil rakyat. Dari tahun 1890 hingga 1908, negara-negara bagian Selatan bekas anggota Konfederasi membuat konstitusi dengan ketetapan-ketetapan yang menghilangkan hak memilih puluhan ribu orang Afrika-Amerika.
- Eksploitasi. Peningkatan penindasan ekonomi terhadap orang kulit hitam, Latino, dan Asia, penyangkalan peluang ekonomi, dan diskriminasi kerja yang meluas.
- Kekerasan. Kekerasan rasial massal terhadap orang kulit hitam (dan orang Latino di Barat Daya dan Asia di California) yang dilakukan oleh organisasi, polisi, maupun perorangan.
Orang
Afrika-Amerika dan ras minoritas lainnya menolak perlakuan tersebut. Mereka
menolaknya dengan berbagai cara dan mencari kesempatan yang lebih baik melalui
tuntutan hukum, organisasi-organisasi baru, ganti rugi politik, dan
pengorganisasian buruh (lihat Gerakan Hak-Hak Sipil Afrika-Amerika (1896-1954)). Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP)
didirikan pada tahun 1909. NAACP berjuang untuk mengakhiri diskriminasi ras
melalui upaya-upaya litigasi, pendidikan, dan lobi. Puncak pencapaian NAACP adalah kemenangan
hukum dalam putusan Mahkamah Agung Brown v. Board of
Education (1954) yang
menolak sistem terpisah sekolah kulit putih dan kulit berwarna, dan
berimplikasi pada pembatalan doktrin "terpisah tapi sederajat" yang
terbentuk setelah kasus Plessy v. Ferguson.
Situasi orang
kulit hitam di luar negara-negara Selatan agak lebih baik (di sejumlah besar
negara bagian mereka masih mempunyai hak pilih dan menyekolahkan anak-anak,
meskipun masih menghadapi diskriminasi di bidang perumahan dan pekerjaan). Dari
tahun 1910 sampai 1970, orang Afrika-Amerika mencari kehidupan yang lebih baik
dengan bermigrasi ke Amerika Serikat bagian utara dan barat. Sebanyak hampir 7
juta orang kulit hitam meninggalkan negara-negara bagian Selatan dalam
perpindahan secara besar-besaran yang dikenal sebagai Migrasi Besar.
Disemangatkan
kembali oleh kemenangan kasus Brown v. Board of Education, dan frustrasi
akibat kurangnya dampak praktis langsung, warga masyarakat makin menolak
pendekatan legalistik dan gradualis sebagai sarana utama untuk mewujudkan desegregasi. Mereka harus berhadapan dengan "perlawanan
besar-besaran" di
Selatan oleh para pendukung segregasi rasial dan penindasan pemilih. Sebagai
bentuk perlawanan, kalangan Afrika-Amerika mengadopsi strategi gabungan dari aksi langsung dan perlawanan tanpa kekerasan yang dikenal
sebagai pembangkangan sipil, dan akhirnya
melahirkan Gerakan Hak-Hak Sipil Amerika-Afrika 1955-1968.
ARTIKEL
Brown v. Board of Education
Pada musim semi 1951, keresahan terjadi
di kalangan siswa kulit hitam menyangkut sistem pendidikan negara bagian
Virginia. Pada waktu itu, para siswa Sekolah Menengah Atas Moton di Prince Edward County yang menerapkan sistem sekolah
segregasi, memutuskan
untuk menyelesaikan masalah dengan tangan sendiri dalam memerangi dua hal:
terlalu banyaknya siswa dibandingkan luas pekarangan sekolah dan
kondisi-kondisi yang tidak memuaskan di sekolah mereka. Tindakan para siswa
hitam di Selatan waktu itu benar-benar tidak terduga sebelumnya, dan dianggap
tidak pantas oleh kulit putih yang masih mengharapkan perilaku subordinasi dari
kulit hitam. Selain itu, beberapa pemimpin lokal NAACP telah mencoba membujuk
para siswa untuk membatalkan niat mereka memprotes hukum Jim Crow tentang
segregasi sekolah. Setelah tuntutan NAACP tidak diterima oleh siswa, NAACP
langsung memihak para siswa yang menentang segregasi sekolah. Peristiwa
tersebut menjadi salah satu dari lima kasus pengadilan yang kini disebut Brown
v. Board of Education. [6]
Pada 17 Mei
1954, Mahkamah Agung Amerika Serikat menjatuhkan putusan mengenai kasus
Brown v. Board of Education of Topeka, Kansas . Dalam kasus tersebut,
penggugat menuduh bahwa pendidikan anak-anak kulit hitam di sekolah umum yang
terpisah dari rekan-rekan siswa kulit putih sebagai inkonstitusional. Pendapat
Mahkamah Agung menyatakan bahwa segregasi "anak kulit putih dan anak kulit
berwarna di sekolah umum memiliki efek merugikan pada anak-anak berwarna.
Dampaknya lebih besar bila pemisahan tersebut memiliki sanksi hukum, karena
kebijakan memisahkan ras biasanya ditafsirkan sebagai pernyataan inferioritas
kelompok Negro".
Para pengacara
dari NAACP harus mengumpulkan beberapa bukti yang masuk akal untuk memenangi
kasus Brown vs Board of Education. Cara mereka menangani masalah segregasi
sekolah adalah dengan menguraikan secara panjang lebar sejumlah argumen. Salah
satu dari argumen adalah kesempatan terpaparnya anak pada kontak antar-ras di
lingkungan sekolah. Dikatakan bahwa hal tersebut di kemudian hari dapat
membantu mencegah anak-anak tumbuh di tengah tekanan-tekanan masyarakat yang
berkaitan dengan ras. Oleh karena itu tercipta kesempatan yang lebih baik untuk
hidup di alam demokrasi. Argumen lainnya mengacu pada penekanan tentang
bagaimana "'pendidikan' memahami seluruh proses pengembangan dan pelatihan
kekuatan mental, fisik dan moral, serta kemampuan manusia"[7]. Dalam buku
Goluboff, tujuan NAACP dinyatakan sebagai membuat Mahkamah Agung sadar akan
adanya fakta anak-anak Afrika-Amerika yang menjadi korban legalisasi segregasi
sekolah dan tidak memiliki jaminan masa depan yang cerah. yang Tidak adanya
kesempatan untuk terpapar budaya lain dikhawatirkan menghalangi tumbuhnya
kemampuan anak-anak kulit hitam untuk berfungsi di kemudian hari dalam
kehidupan normal sebagai orang dewasa.
Mahkamah Agung
memutuskan bahwa kedua putusan sebelumnya, Plessy v. Ferguson (1896) yang
mendasari standar umum "terpisah tapi sederajat" yang bersifat
segregasionisme, dan Cumming v. Richmond County Board of Education (1899) yang menerapkan standar
tersebut ke sekolah-sekolah sebagai inkonstitusional. Tahun berikutnya, pada
kasus yang dikenal sebagai Brown v. Board of Education, Mahkamah Agung
memerintahkan segregasi untuk secara bertahap dihapus, "dengan tanpa
terburu-buru". [8] Brown v. Board of Education of Topeka, Kansas, Kansas (1954) tidak membatalkan Plessy v. Ferguson (1896). Plessy v. Ferguson adalah dasar
segregasi dalam transportasi, sedangkan Brown v. Board of
Education hanya
menyangkut segregasi dalam pendidikan. Meskipun demikian, Brown v. Board of
Education merupakan langkah pertama menuju masa depan yang membatalkan
keputusan 'terpisah tapi setara'.
Pada 18 Mei
1954 Greensboro menjadi kota pertama di Selatan yang secara terbuka mengumumkan
akan dipatuhinya keputusan Mahkamah Agung AS Brown v. Board of Education
yang menyatakan segregasi rasial di sekolah-sekolah umum Amerika Serikat
sebagai inkonstitusional. "Benar-benar tak terpikirkan sebelumnya,"
komentar Penilik Dewan Sekolah Benjamin Smith, "bahwa kita akan mencoba
untuk [membatalkan] hukum Amerika Serikat." Sejalan dengan sikap Smith,
pemungutan suara di dewan sekolah berakhir dengan hasil mendukung putusan
Mahkamah Agung, enam lawan satu. Penerimaan yang positif terhadap putusan kasus
Brown, bersamaan dengan ditunjuknya warga Afrika-Amerika Dr. David Jones
sebagai dewan sekolah pada tahun 1953, telah meyakinkan banyak warga kulit
putih dan kulit hitam bahwa Greensboro sedang bergerak maju ke depan, dan
kemungkinan akan muncul sebagai perintis integrasi sekolah. Integrasi di
Greensboro berlangsung sedikit lebih damai dibandingkan negara-negara Selatan
lainnya seperti Alabama, Arkansas, dan Virginia yang terjadi “perlawanan
massal” . [9]
Artikel
Desegregasi Sembilan sekawan Little Rock, 1957
Pasukan dari
Resimen 327, Lintas Udara 101 mengawal siswa
Afrika-Amerika Sembilan Sekawan
Little Rock menaiki tangga
SMA Little Rock Central.
Little Rock, Arkansas adalah kota di Selatan yang keadaannya relatif
progresif. Namun sebuah krisis meletus ketika Gubernur Arkansas Orval Faubus memanggil Garda Nasional Amerika Serikat pada tanggal 4
September untuk menghalangi masuknya Sembilan siswa Afrika-Amerika yang menuntut hak menghadiri Sekolah Menengah Atas
Little Rock Central yang telah menjadi sekolah terintegrasi. [11] Kesembilan siswa telah diterima di sekolah tersebut
berkat catatan prestasi akademik mereka yang sangat baik. Pada hari
pertama sekolah, hanya seorang siswa wanita dari sembilan siswa yang muncul.
Itu pun karena dia tidak menerima telepon yang memperingatinya tentang bahaya
pergi ke sekolah. Dia dilecehkan oleh demonstran putih di luar kompleks
sekolah, dan polisi harus membawanya pergi dengan mobil patroli untuk
melindunginya. Selanjutnya, kesembilan siswa Afrika-Amerika tersebut harus
pergi-pulang naik mobil antar-jemput dan dikawal oleh personel militer yang
berkendaraan jip.
Guburnur Faubus
tidak pernah memproklamirkan dirinya sebagai segregasionis. Partai Demokrat
Arkansas yang waktu itu mengendalikan politik negara bagian memberikan tekanan
yang signifikan terhadap Faubus. Penyebabnya, Faubus menunjukkan indikasi akan
menyelidiki kemungkinan Arkansas mematuhi keputusan kasus Brown. Faubus
selanjutnya mengambil sikap menentang integrasi dan perintah pengadilan
federal.
Sikap Faubus
mendapat perhatian dari Presiden Dwight D. Eisenhower yang bertekad menegakkan perintah
pengadilan federal. Kritikus sebagai menuduh Eisenhower hanya suam-suam kuku
dalam soal desegregasi sekolah umum. Eisenhower memfederalisasi Garda Nasional
dan memerintahkan mereka kembali ke barak. Ia kemudian menggelar unsur-unsur
dari Divisi Lintas Udara
101 ke Little Rock
untuk melindungi siswa.
Kesembilan
siswa memang akhirnya bisa pergi ke sekolah. Namun mereka harus melewati
serombongan siswa kulit putih yang menyambut dengan meludahi mereka serta
sorak-sorai cemooh. Mereka nantinya harus tabah menerima pelecehan dari sesama
siswa hingga tahun ajaran berakhir. Meskipun dikawal tentara federal, para
siswa ketika harus berpindah dari satu kelas ke kelas lainnya masih saja digoda
dan bahkan diserang siswa kulit putih kalau mereka sedang tidak dijaga tentara.
Salah seorang dari Sembilan Siswa Little Rock bernama Minnijean Brown diskors
karena membalas dengan menumpahkan semangkuk chili di atas kepala seorang siswa
kulit putih yang mengganggunya di antrean makan siang sekolah. Dia akhirnya
dikeluarkan dari sekolah karena menyerang secara verbal seorang siswa kulit
putih.[12]
Hanya seorang
dari Sembilan Siswa Litle Rock, Ernest Green, yang akhirnya berkesempatan lulus.
Setelah tahun ajaran 1957-1958 selesai, administrator sekolah di Little Rock
memutuskan untuk menutup semua sekolah umum daripada harus melanjutkan proses
integrasi untuk kemenangan orang kulit hitam. Administrator sekolah-sekolah
lainnya di Selatan kemudian mengikuti keputusan Little Rock.
Artikel
Aksi-aksi
duduk, 1960
Gerakan Hak-Hak
Sipil menerima tambahan energi baru dengan dilakukannya aksi duduk mahasiswa di
kedai Woolworth di Greensboro, Carolina
Utara. [13] Pada 1 Februari 1960, empat mahasiswa perguruan tinggi khusus kulit hitam North Carolina Agricultural & Technical College, bernama Ezell A. Blair, Jr. (sekarang
bernama Jibreel Khazan), David Richmond, Yoseph McNeil, dan Franklin McCain
duduk di konter makan siang khusus kulit putih sebagai bentuk protes kebijakan
Woolworth yang menganaktirikan orang Afrika-Amerika. [14] Keempat siswa tersebut sebelumnya membelanjakan uangnya membeli
barang-barang kecil di bagian lain toko tersebut dan menyimpan kuitansinya.
Selanjutnya, mereka duduk di konter makan siang dan meminta dilayani. Seperti
telah diduga sebelumnya, mereka tidak dilayani. Sebagai pembelaan, mereka
mengeluarkan kuitansi bukti pembelian barang yang sebelumnya mereka terima.
Mereka bertanya mengapa uang mereka laku diterima di gera-gerai lain toko yang
sama, tapi tidak laku di konter makan siang.[15] Keempat mahasiswa itu berpakaian pantas seperti telah disarankan kepada
mereka sebelumnya, dan tetap duduk dengan tenang. Mereka duduk
berselang-seling, membiarkan satu kursi kosong di antara tempat duduk.
Maksudnya agar simpatisan kulit putih yang berminat dapat bergabung. Aksi duduk
di Greensboro segera diikuti aksi-aski duduk lainnya di Richmond, Virginia .[16] Nashville, Tennessee, dan Atlanta, Georgia..[17][18]
Sementara para
mahasiswa Selatan mengadakan aksi duduk di konter-konter makan siang setempat,
tokoh-tokoh berwenang setempat kadang-kadang menggunakan taktik brutal untuk
mengusir mereka secara fisik dari kedai-kedai makan siang.
Strategi
"aksi duduk" sebetulnya bukan hal baru. Pada tahun 1939, Samuel
Wilbert Tucker, seorang pengacara Afrika-Amerika, melakukan aksi duduk di
perpustakaan Alexandria, Virginia yang waktu itu menerapkan sistem segregasi. [19] Pada tahun 1960, strategi aksi duduk berhasil menarik perhatian seluruh
negeri tentang adanya Gerakan Hak-Hak Sipil. [20] Kesuksesan aksi duduk di Greensboro menyulut aksi-aksi mahasiswa lain di
seluruh negara bagian di Selatan. Aksi mahasiswa yang kemungkinan paling
terorganisir baik, paling disiplin, dan paling segera membuahkan hasil adalah
aksi di Nashville, Tennessee.[21]
Pada 9 Maret
1960, sekelompok mahasiswa dari Pusat Universitas
Atlanta menerbitkan
manifesto berjudul Sebuah Seruan untuk Hak Asasi Manusia (An Appeal for Human Rights) [22] dalam iklan satu halaman penuh di beberapa surat kabar, termasuk Atlanta
Constitutions, Atlanta Journal, dan Atlanta Daily World. [23] Kelompok mahasiswa tersebut menamakan diri mereka Komite Banding Hak Asasi Manusia (Committee on the Appeal for Human Rights,
disingkat COAHR) memprakarsai Gerakan Mahasiswa
Atlanta [24] dan mulai mengorganisir aksi-aksi duduk di Atlanta[25] yang dimulai 15 Maret 1960. [18]
Pada akhir
1960, aksi-aksi duduk telah menyebar ke setiap negara bagian di Selatan dan
negara-negara bagian lain yang berbatasan, bahkan hingga ke Nevada, Illinois, dan Ohio.
Para demonstran
tidak hanya memusatkan aksi-aksi mereka di konter makan siang, melainkan juga
di taman umum, pantai, perpustakaan, teater, museum, dan fasilitas publik
lainnya. Setelah ditangkap, mahasiswa demonstran memohon agar mereka
"dipenjara tanpa pembebasan dengan uang jaminan". Maksud mereka untuk
menarik perhatian masyarakat terhadap masalah yang sedang mereka hadapi,
sekaligus membebani akibat protes mereka pada masyarakat. Setelah mahasiswa
kulit hitam berbondong-bondong dipenjara, pihak yang memenjarakan harus menanggung
beban keuangan, terutama soal ketersediaan ruang penjara dan biaya makanan.
Pada April
1960, para aktivis yang memimpin aksi duduk mengadakan konferensi di
Universitas Shaw, Raleigh, Carolina Utara. Konferensi sepakat untuk membentuk Komite Koordinasi Mahasiswa Antikekerasan (Student Nonviolent Coordinating
Committee, disingkat SNCC). [26] SNCC meneruskan aksi-aksi konfrontasi tanpa kekerasan lebih jauh lagi
hingga melakukan aksi Freedom Rides. [27]
Integrasi universitas-universitas di Mississippi,
1956-1965
James Meredith
berjalan ke kelas didampingi oleh petugas Dinas Marsekal Amerika Serikat
Dengan maksud
memanfaatkan kesempatan yang disediakan GI Bill, seorang veteran Perang Korea berkulit
hitam bernama Clyde Kennard pada tahun 1956 mencoba mendaftar di
Mississippi Southern College (sekarang Universitas
Mississippi Selatan) di Hattiesburg. Rektor universitas, Dr. William David McCain berusaha
mencegah masuknya Kennard dengan meminta pertimbangan para pemimpin kulit hitam
setempat dan institusi politik negara bagian yang mendukung segregasi. McCain
menggunakan pengaruh sebuah badan negara bagian bernama Komisi Kedaulatan Negara Bagian Mississippi yang dirinya tercatat sebagai anggota.
Komisi tersebut didanai oleh negara bagian, dan bertujuan melawan gerakan
hak-hak sipil dengan cara menggambarkan kebijakan segregasi secara positif.
Komisi bahkan bertindak lebih jauh lagi dengan mengumpulkan data-data para
aktivis, melecehkan mereka secara hukum, dan menggunakan boikot ekonomi
terhadap mereka dengan cara mengancam kelangsungan pekerjaan (atau menyebabkan
mereka kehilangan pekerjaan). Semuanya dilakukan dalam usaha menekan aktivis
kulit hitam.
Kennard dua
kali ditangkap berdasarkan tuduhan-tuduhan palsu, dan akhirnya dinyatakan
bersalah dan dihukum tujuh tahun di penjara negara bagian. [33] Setelah menjalani tiga tahun kerja paksa, Kennard akhirnya dibebaskan oleh Gubernur Mississippi Ross Barnett. Para
wartawan menyelidiki kasus Kennard dan mempublikasikan perlakuan tidak layak
dari negara bagian sehubungan kanker usus besar yang dideritanya. [33]
Peran McCain
dalam penangkapan hingga dihukumnya Kennard tidak diketahui.[34][35][36][37] Ketika berusaha mencegah pendaftaran Kennard, McCain berpidato di Chicago
dalam perjalanan dinas yang disponsori oleh Komisi Kedaulatan Negara Bagian
Mississippi. Ia menggambarkan orang kulit hitam yang berusaha mewujudkan
desegregasi sekolah di Selatan sebagai orang "impor" dari Utara.
(Kennard adalah kelahiran dan penduduk asli Hattiesburg.)
"Kami
bersikeras bahwa secara sosial dan kependidikan, kita menjaga masyarakat
terpisah. ... Setelah menimbang dengan saksama, saya mengakui bahwa kita tidak
ingin menggalakkan pemilih Negro. Para Negro lebih suka kalau kendali
pemerintahan tetap berada di tangan orang kulit putih." [34] [36] [37]
Catatan:
Mississippi telah meloloskan sebuah konstitusi baru pada tahun 1890 yang secara
efektif mencabut hak pilih sebagian besar orang kulit hitam dengan mengubah
persyaratan elektoral dan persyaratan pendaftaran pemilih. Meskipun mencabut
hak-hak konstitusional kulit hitam yang sebelumnya sudah dijamin oleh
amandemen-amandemen pasca-Perang Saudara, konstitusi baru Mississippi ternyata
dapat bertahan dari gugatan Mahkamah Agung AS. Baru setelah disahkannya Undang-Undang Hak
Pilih 1965, sebagian
besar orang kulit hitam di Mississippi dan negara-negara bagian di selatan
lainnya memperoleh perlindungan federal dalam melaksanakan hak pilih mereka.
Pada September
1962, James Meredith memenangi gugatan yang memastikan
dirinya diterima di Universitas Mississippi yang sebelumnya adalah universitas
tersegregasi. Ia mencoba masuk kampus dalam 3 kali kesempatan, 20 September, 25
September, dan sekali lagi pada 26 September. Dia diblokir oleh Gubernur Mississippi Ross Barnett, yang berkata, "Tidak akan ada
sekolah di Mississippi yang diintegrasikan sementara saya masih Gubernur
Anda." Pengadilan Banding Sirkuit Kelima Amerika Serikat
menyatakan Barnett dan Letnan Gubernur Paul B. Johnson, Jr. melecehkan
peradilan dan didenda lebih dari AS$10.000 untuk setiap hari Meredith ditolak
masuk kampus.
Jaksa Agung Robert Kennedy mengirim perwira-perwira Marsekal Amerika
Serikat. Pada 30
September 1962, Meredith memasuki kampus di bawah pengawalan mereka. Mahasiswa
kulit putih dan pendukung mereka membuat kerusuhan pada malam itu, melempari
batu lalu menembaki Marsekal yang menjaga Meredith di Aula Lyceum. Dua orang,
termasuk seorang wartawan Perancis tewas; 28 orang Marsekal menderita luka
tembak, dan 160 orang lainnya terluka. Setelah Patroli Jalan Raya Mississippi
ditarik mundur dari kampus, Presiden John F. Kennedy mengirim pasukan reguler Angkatan Darat Amerika Serikat ke kampus
untuk meredakan kerusuhan. Meredith mulai kuliah sehari setelah pasukan tiba. [38]
Kennard dan
para aktivis lainnya terus mengusahakan terwujudnya desegregasi universitas
umum. Pada tahun 1965, Raylawni Branch dan Gwendolyn Elaine
Armstrong berhasil
menjadi orang Afrika-Amerika pertama yang kuliah di Universitas
Mississippi Selatan. Pada saat itu, McCain membantu memastikan mereka dapat memasuki kampus
secara damai. [39] Pada tahun 2006, Hakim Robert Helfrich memutuskan Kennard bersih dari
segala tuduhan yang membuatnya dihukum pada tahun 1950-an.
Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Mandela : Kisah Perjuangan Melawan Apartheid
Kisah hidupnya adalah perjuangan
panjang melawan sistem apartheid. Ia dipenjara puluhan tahun di Robben Island.
Mandela, aktivis gerakan demonstrasi, meruntuhkan apartheid dan presiden kulit
hitam pertama Afrika Selatan
Nelson Mandela, saat masih menjadi
pengacara muda dan ketua ANC
10 Mei 1994, momentum besar bagi Afrika
Selatan, mungkin yang terbesar dalam sejarahnya.
„Tidak ada seorang pun di negara ini
yang kembali akan sebuah kelompok di bawah kelompok lainnya. Semoga Tuhan
melindungi Afrika.“
Saat itu Nelson Mandela menjadi
presiden berkulit hitam pertama di Afrika Selatan. Dengan undang-undang baru
yang modern dan berakhirnya apartheid.
Lahirnya apartheid
Tahun 1930 di Jerman Hendrik
Verwoerd, seorang pria kulit putih mengenal paham nasionalsosialisme dan
terpengaruh kuat ideologi rasisme yang dilancarkan NAZI. Ia kemudian melahirkan
gagasan apartheid dalam kolonialisme.
Orang-orang berkulit putih seperti
Verwoerd memandang dirinya sebagai anggota kaum elit di benua hitam tersebut.
Verwoerd dan partai nasionalisnya mendefinisikan apartheid sebagai perkembangan
terpisah, antara kelompok yang diistimewakan dan yang dianggap lebih rendah.
Sebagai menteri untuk urusan masalah
penduduk asli, Verwoerd yang kemudian menjadi Perdana Menteri ke-7 Afrika
Selatan menempatkan mayoritas warga berkulit hitam di negara itu ke kawasan
khusus yang disebut Bantustan atau homelands. Kawasan-kawasan pemukiman ini
disediakan hanya untuk kaum kulit hitam.
Pemisahan ras itu menentukan tata
kehidupan secara umum. Di tempat-tempat umum ditetapkan peraturan ketat
pemisahan antara kaum kulit putih dan tidak berkulit putih. Pernikahan campuran
dilarang. Dengan Group Areas Act tahun 1950 dilakukan pemisahan kawasan tempat
tinggal. Pendidikan dan lapangan kerja juga diatur berdasarkan ras. Di luar
homelands kaum berkulit hitam harus selalu membawa paspor.
Aksi anti apartheid
Akibat penekanan dan rasialisme,
muncul gerakan protes yang diorganisir Kongres Nasional Afrika ANC, yang
kemudian menjadi gerakan massal. Demonstrasi, boykot, mogok kerja dan
pembakaran massal paspor-paspor.
Salah satu aktivis utamanya adalah
pengacara muda Nelson Mandela, yang kemudian menjadi ketua ANC. Tahun 1960 di
selatan Johannesburg 20 ribu warga kulit hitam tanpa paspor menyerbu pos
polisi, membiarkan dirinya ditangkap pihak berwenang. Demonstrasi itu berakhir
dengan pembunuhan massal.
ANC kemudian dilarang. Nelson
Mandela melakukan perlawanan bersenjata dalam gerakan bawah tanah, dengan
menyerang pusat-pusat industri. Tahun 1964 jajaran pimpinan gerakan bawah itu
ditangkap. Nelson Mandela dan Walter Sisulu dkenai tahanan seumur hidup. Di
pengadilan Mandela menekankan ia bersedia mati untuk visinya.
Diisolasi internasional
Dengan penerapan sistem apartheid
Afrika Selatan semakin diisolasi masyarakat internasional. Sanksi perdagangan
dan politik keuangan pada akhir 1980-an menyulitkan pemerintah nasionalis.
Tekanan dari protes di jalanan, larangan mengikuti kejuaraan dunia serta
pertandingan olimpiade menyebabkan pemerintah dari Frederik Willem De Klerk
akhirnya melakukan perundingan dengan Kongres Nasional Afrika, ANC dengan
syarat berakhirnya kekerasan tersebut.
Dalam pidato di parlemen tahun 1990
Presiden De Klerk mengumumkan reformasi serta berakhirnya pengasingan para
aktivis. Nelson Mandela dibebaskan 11 Februari 1990 dalam usia 74 tahun,
setelah ditahan 27 tahun. Ia berhasil melalui masa penahanan tersebut karena
tidak ragu akan misinya.
Ia lalu menerima Nobel Perdamaian
bersama dengan De Klerk. Tahun 1994 berlangsung pemilu yang bebas dan adil
untuk pertama kalinya di Afrika Selatan. Mandela terpilih sebagai presiden
kulit hitam pertama. Pemerintahnya mengakhiri sistem apartheid dan merintis
rekonsiliasi nasional.
Langganan:
Postingan (Atom)